Sabtu, 22 Oktober 2011

TAHAPAN PENAMBANGAN

TAHAP-TAHAP PERTAMBANGAN
Setiap melakukan tahap-tahap kegiatan usaha pertambangan, pengusaha harus memiliki surat keputusan pemberian Kuasa pertambangan (KP) Surat izin Penambangan Daerah (SIPD) yang sesuai dengan tahap kegiatan yang dilakukan.
1. Penyelidikan Umum
Kegiatan ini merupakan langkah awal usaha pertambangan yang ditujukan untuk mencari dan menemukan endapan bahan galian. Kegiatan penyelidikan umum dilakukan dengan tujuan mencari komoditas bahan galian tertentu maupun di lokasi tertentu.
2. Eksplorasi
Merupakan kegiatan lanjutan dari penyelidikan umum yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian tersebut yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik endapan bahan galian dan batuan samping.
3. Studi Kelayakan
Merupakan tahapan akhir dari rentetan penyelidikan awal yang dilakukan sebelumnya sebagai penentu apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut layak dilakukan atau tidak.
4. Persiapan penambangan
Kegiatan ini meliputi penyiapan infrastruktur dan lahan kerja penambangan yang antara lain meliputi pembuatan jalan, pembabatan semak/pohon, penupasan tanah penutup, pembangunan kantor, gedung, bengkel, dll.
5. Penambangan
Kegiatan penambangan yang dimaksud adalah kegiatan yang ditujukan untuk membebaskan dan mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian dibawa ke permukaan untuk dimanfaatkan.
6. Pengolahan Bahan Galian
Adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kadar atau mempertinggi mutu bahan galian yang dihasilkan dari tambang sampai memenuhi persyaratan untuk diperdagangkan atau sebagai bahan baku untuk industri lain.
7. Pengangkutan
Adalah segala usaha untuk memindahkan bahan galian hasil tambang atau pengolahan dan pemurnian dari daerah penambangan atau tempat pengolahan dan pemurnian ke tempat pemasaran atau pemanfaatan selanjutnya dari bahan galian tersebut.
8. Pemasaran
Adalah kegiatan untuk memperdagangkan atau menjual hasil-hasil penambangan dan pengolahan bahan galian.

KOMPAS GEOLOGI

Kompas Geologi
Dalam mempelajari ilmu bumi, kompas memjadi alat yang vital. Layaknya seorang Dokter yang membutuhkan stetoskop untuk memeriksa pasiennya, maka bagi ilmuwan kebumian, kompas selalu dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan aktivitas tertentu. Sehingga harus selalu dibawa dan dimiliki. Kompas yang baik mempunyai cairan yang terdapat di dalamnya; cairan tersebut mengatur gerakan dari jarum, sehingga kita dapat menggunakan kompas dengan baik walaupun memegangnya kurang dengan sempurna. Jarum kompas diwarnai dalam dua warna. Jika kompas digenggam secara benar (mendatar), ujung warna merah mengarah ke utara, dan putih mengarah ke selatan.
Guna Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah utara magnetis. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan menunjuk arah utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya.
Contoh penggunaan kompas secara langsung dilapangan sebagaio berikut :
i. Navigasi sungai.
ii. Membaca peta.
iii. Mengambil sudut.

Secara fisik, kompas terdiri atas :
a) Badan, yaitu tempat komponen-komponen kompas lainnya berada;
b) Jarum, selalu mengarah ke utara-selatan bagaimanapun posisinya;
c) Skala penunjuk, menunjukkan derajat sistem mata angin.

Jenis-Jenis Kompas
Dalam suatu perjalanan banyak macam kompas yang dapat dipakai, pada umumnya dipakai dua jenis kompas, yaitu kompas bidik (misalnya kompas prisma) dan kompas orienteering (misalnya kompas silva). Kompas bidik mudah untuk membidik, tetapi dalam pembacaan di peta perlu dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris. Kompas silva kurang akurat jika dipakai untuk membidik, tetapi banyak membantu dalam pembacaan dan perhitungan di peta. Kompas yang baik pada ujungnya dilapisi fosfor agar dapat terlihat dalam keadaan gelap.

Pemakaian Kompas
Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi. Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda yang mengandung logam, seperti pisau, golok, karabiner, jam tangan dan lainnya. Kehadiran benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.

LONGSOR


LONGSOR
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Jenis-jenis Tanah Longsor :
Ø  Longsoran Translasi
Ø  Longsoran Rotasi
Ø  Pergerakan Blok
Ø  Runtuhan Batu
Ø  Rayapan Tanah
Ø  Aliran Bahan Rombakan

Gejala Umum Longsor :
Ø  Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing
Ø  Biasanya terjadi setelah hujan
Ø  Munculnya mata air baru secara tiba-tiba
Ø  Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor
Ø  Hujan
Ø  Lereng terjal
Ø  Tanah yang kurang padat dan
Ø  Batuan yang kurang kuat
Ø  Jenis tata lahan
Ø  Getaran
Ø  Susut muka air danau atau bendungan
Ø  Adanya beban tambahan
Ø  Pengikisan/erosi
Ø  Adanya material timbunan pada tebing
Ø  Bekas longsoran
Ø  Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
Ø  Penggundulan hutan


DAUR BATUAN


Daur batuan (rock cycle)

Daur batuan bearti melihat secara menyeluruh hubungan antar ilmu dalam geologi. Dengan mempelajari daur batuan dapat diketahui kejadian ketiga jenis batuan dan berbagai proses geologi yang menjadikan dari satu jenis batuan ke batuan yang lainnya.
Batuan pertama adalah batuan beku (igneous rock)terjadi akibat magma mendingin dan memadat. Proses ini dapat terjadi baik dibawah maupun diatas permukaan bumi. Saat bumi mulai terbentuk, kulit luarnya masih berupa material yang meleleh yang kemudian mendingin dan megkristal secara bertahap dan membentuk kerak pertama yang terdiri dari batuan beku.
Batuan beku dipermukaan bumi bersentuhan langsung dengan atmosfer setiap saat, maka perlahan-lahan ia terdisintegrasi dan terdekomposisi. Proses ini disebut proses pelapukan (weathering). Material hasil rombakan ini, yang terlepas dari induknya, ditransport dan diendapkan oleh berbagai media, erosi, gravitasi, aliran air, gletsyer, angin atau gelombang sebagai sedimen atau endapan, ditempat yang rendah (laut), sebagai lapisan-lapisan mendatar.
Melalui proses litifikasi, yang artinya berubah menjadi batuan, sedimen ini menjadi batuan sedimen. Jika batuan sedimen berada jauh di bawah permukaan bumi atau terlibat dalam dinamika pembentukan pegunungan (orogenesa), ia akan dipengaruhi oleh tekanan yang besar dan suhu yang cukup tinggi. Akibatnya batuan sedimen metamorfosa atau batuan malihan.
Dan bila batuan metamorfosa berada pada tekann dan suhu tinggi ia akan melebur dan menjadi magma. Perulangan atau daur tersebut tidaklah selalu demikian, akan tetapi ada penyimpangan – penyimpangan. Misalnya batuan beku disamping tersingkap di permukaan, dapat juga dipengaruhi oleh panas dan tekanan tinggi jauh dibawah permukaan bumi, akan menjadi batuan metamorfosa, bahkan dapat melebur kembali menjadi magma. Sebaliknya batuan sedimen dan batuan metamorfosa bila berada di atas permukaan bumi akan mengalami proses pelapukan dan erosi, seperti pada daur batuan dibawah ini.